Jalur Gaza, NPC – Situasi Palestina masih dalam bahaya yang mengancam, terutama apa yang terjadi di Jalur Gaza berkaitan dengan merebaknya virus Corona serta proses investigasi yang sedang berlangsung oleh Kementerian Kesehatan untuk menindaklanjuti peta epidemi tersebut.
Untuk menahan dan menghentikan laju penyebaran wabah, maka diberlakukan jam malam selama 14 hari berturut-turut. Hal ini mengakibatkan Jalur Gaza mengalami proses zonasi yang terbagi menjadi tiga wilayah.
Pertama zona merah, pada zona ini warga dilarang sama sekali untuk beraktivitas dan diberlakukan jam malam untuk membatasi penyebaran epidemi. Zona merah atau risiko tinggi penyebaran ini terjadi di wilayah Gaza dan Gaza Utara. Kedua zona kuning dimana aktivitas normal warga masih dilarang, dan yang ketiga adalah zona hijau yang maknanya semua kegiatan dan aktivitas normal warga sudah diizinkan.
Menurut laporan dan data dari Pusat Media dan Informasi Pemerintah di Jalur Gaza mengenai epidemi “Covid-19”, menyatakan bahwa virus tersebut masih menjadi ancaman nyata, hal ini lantaran jumlah total kasus terinfeksi virus yang telah mencapai 1151, di antaranya 89 kasus sembuh, 1054 kasus aktif (1024 dari masyarakat – 30 pemudik), 8 kasus meninggal (7 dari dalam masyarakat – 1 pemudik).
Selama 24 jam terakhir, 1857 sampel baru dilakukan. Dan diketahui 182 infeksi baru tercatat dari warga, dan mereka yang terinfeksi virus sedang dirawat di rumah sakit isolasi di Jalur Gaza, yakni di Rumah Sakit Gaza Eropa dan Rumah Sakit Persahabatan Turki.
Total kasus aktif dari masyarakat yang masih dalam perawatan klinis di kedua rumah sakit tersebut mencapai 843 kasus yang terinfeksi, sedangkan 363 warga yang menjalani prosedur karantina tersebar di 14 pusat karantina, diantaranya di ruang karantina, sekolah, hotel, rumah sakit, dan puskesmas yang diperuntukkan untuk tujuan tersebut.
Kantor Organisasi Kesehatan Dunia di Jalur Gaza mengindikasikan bahwa pandemi virus Corona dan pemberlakuan jam malam telah menambah beban sektor kesehatan di Jalur Gaza, diluar tantangan yang dihadapi berupa kekurangan peralatan, obat-obatan dan bahan konsumsi medis yang mencapai 50%. Tidak hanya itu, Komite Palang Merah Internasional juga mengonfirmasi di Jalur Gaza, bahwa Gaza akan menjadi salah satu wilayah tersulit di dunia dalam menyikapi pandemi Corona, jika virus terus menyebar dan mencapai puncaknya. Hal ini disebabkan karena kekurangan obat-obatan, perbekalan dan alat kesehatan.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, gudang di Gaza kekurangan 44% obat-obatan, 35% bahan medis habis pakai, dan 65% bahan laboratorium juga habis. Sementara jumlah tempat tidur perawatan intensif di rumah sakit di Jalur Gaza, baik pemerintah maupun swasta, atau yang berafiliasi dengan institusi medis swasta, hanya 100 tempat tidur dan ini terhubung dengan sekitar 93 ventilator. Diketahui bahwa jumlah ventilator tersebut harus memberikan layanan kepada lebih dari 2 juta warga Palestina jika virus Corona di Gaza mencapai puncaknya.
Menyikapi keadaan darurat tersebut, pemerintah setempat sejak malam tanggal 24 Agustus 2020, telah menutup pintu masuk, keluar dan jalan-jalan kota dan wilayah. Pengangguran yang diderita oleh penduduk di Jalur Gaza dan kemiskinan ekstrim akibat kurangnya sumber pendapatan bagi warga, mengakibatkan tingkat kemiskinan di Jalur Gaza semakin meningkat dan situasi sosial mencapai kondisi yang paling sulit. Hal ini disebabkan karena terganggunya mata pencaharian banyak pekerja yang dulunya bergantung pada pekerjaan sehari-hari di luar karena penutupan semua pabrik dan bengkel. Ditambah lagi faktor penutupan semua pabrik, bengkel, perusahaan, sektor swasta dan komunitas, serta pemotongan gaji ratusan ribu pekerja di Jalur Gaza.
Dari hal tersebut di atas, maka pentingnya intervensi dan mendesak lembaga internasional dan kemanusiaan untuk memberikan bantuan yang mendesak kepada keluarga miskin, baik berupa makanan, minuman, bahan sterilisasi dan perbekalan lainnya yang diperlukan untuk membantu mereka melanjutkan hidup yang layak seperti warga negara lainnya. Selain memberikan bantuan itu, perbekalan kesehatan dan obat-obatan ke rumah sakit dan pusat kesehatan di Jalur Gaza, khususnya RS. Isolasi, yang menampung banyak korban luka, dan sangat membutuhkan pertolongan dan bantuan yang mendesak untuk menyediakan perbekalan medis yang diperlukan.