Ankara, SPNA – Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan, mengatakan bahwa jumlah gereja di Turki lebih banyak berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah masjid yang ada di Eropa.
Pernyataan tersebut disampaikan pasca pertemuannya dengan para pejabat negara di Istana Negara. Dalam pertemuan itu ia juga menegaskan akan menjaga dengan serius jati diri Hagia Sophia sebagai warisan sejarah dunia.
Menurut Erdogan, pengalihan status Hagia Sophia dari masjid menjadi museum puluhan tahun lalu itu merupakan sebuah kesalahan yang pernah dilakukan oleh pemerintahan Turki. “Kini saatnya kita mengembalikannya sebagai Masjid.” Ucapnya
Ia menambahkan bahwa mengembalikan status bangunan bersejarah itu sebagai masjid tidak bertentangan dengan sifatnya sebagai warisan sejarah dunia.
Sedangkan terkait kritikan negara Eropa atas kebijakannya, Erdogan menjawab dengan kritikan setimpal atas kebijakan Eropa yang sangat membatasi pendirian masjid di negara mereka.
Padahal jumlah gereja di Turki lebih banyak empat atau lima kali lipat dari jumlah masjid yang ada di sana. Jika dibagikan dengan jumlah warga Turki, setiap 460 orang non-muslim memiliki satu rumah ibadah. Berbanding satu masjid untuk 2000 muslim di Eropa.
Pada hari Jumat (10/07) pekan lalu Pengadilan Administratif Tertinggi Turki membatalkan keputusan Dewan Menteri yang dikeluarkan pada 24 November tahun 1934 tentang pengalihan status Hagia Sophia dari masjid menjadi museum.
Hagia Sophia atau Aya Sofya awalnya merupakan sebuah Katedral yang dibangun pada abad keenam masehi. Kemudian diubah menjadi masjid saat masa pemerintahan Turki Utsmani, tahun 1453.
Namun pasca runtuhnya Turki Usmani pada akhir Perang Dunia I, Mustafa Kemal Ataturk, memutuskan pada tahun 1935 untuk mengubah monumen itu menjadi museum. Dan UNESCO mendaftarkan situs tersebut dalam daftar Warisan Dunia.
(T.HN/S: Qudspress)